姫路城

( Istana Himeji )


Istana Himeji (bahasa Jepang: 姫路城, Himeji-jō) adalah sebuah istana yang terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Menurut pembagian provinsi zaman dulu, istana ini terletak di Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji. Pesona keindahan plesteran berwarna putih yang mendominasi tembok-tembok istana menjadikan Istana Himeji mempunyai sebutan lain "istana burung kuntul putih" (bahasa Jepang: 白鷺城, Shirasagi-jō). Istana Himeji merupakan salah satu contoh peninggalan arsitektur istana dari awal abad ke-17 yang paling penting.

Istana Himeji selalu luput dari bahaya api peperangan dan selamat dari kejatuhan istana di tangan musuh, sehingga menara utama dan bangunan-bangunan istana lainnya masih banyak yang tersisa. Pemerintah Jepang menetapkan 8 bangunan, antara lain menara utama, menara kecil, dan Watari-yagura yang ada di dalam kompleks istana sebagai pusaka negara. Selain itu, berjenis-jenis bangunan dengan total 74 bangunan di dalam kompl...Selengkapnya


Istana Himeji (bahasa Jepang: 姫路城, Himeji-jō) adalah sebuah istana yang terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Menurut pembagian provinsi zaman dulu, istana ini terletak di Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji. Pesona keindahan plesteran berwarna putih yang mendominasi tembok-tembok istana menjadikan Istana Himeji mempunyai sebutan lain "istana burung kuntul putih" (bahasa Jepang: 白鷺城, Shirasagi-jō). Istana Himeji merupakan salah satu contoh peninggalan arsitektur istana dari awal abad ke-17 yang paling penting.

Istana Himeji selalu luput dari bahaya api peperangan dan selamat dari kejatuhan istana di tangan musuh, sehingga menara utama dan bangunan-bangunan istana lainnya masih banyak yang tersisa. Pemerintah Jepang menetapkan 8 bangunan, antara lain menara utama, menara kecil, dan Watari-yagura yang ada di dalam kompleks istana sebagai pusaka negara. Selain itu, berjenis-jenis bangunan dengan total 74 bangunan di dalam kompleks istana (27 bangunan Yagura/Watari-yagura, 15 bangunan pintu gerbang, 32 bangunan tembok) ditetapkan sebagai warisan budaya yang penting.

Istana Himeji dinilai sebagai peninggalan budaya milik dunia yang sangat berharga, sehingga pada tahun 1993 UNESCO memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar Situs Warisan Dunia untuk kategori warisan budaya.

Dari kejauhan terlihat indah dengan tembok-tembok istana berwarna putih, Istana Himeji sering dijadikan lokasi film dengan latar belakang sejarah Jepang zaman dulu. Istana ini juga sering dipakai sebagai lokasi pengganti untuk istana-istana lain seperti Istana Edo.

 Lukisan Istana Himeji pada zaman duluSebelum zaman Azuchi Momoyama

Pendapat yang bisa dipercaya mengatakan bahwa Istana Himeji dibangun di zaman Istana Utara-Istana Selatan oleh Akamatsu Norimura pada tahun 1336 di lokasi bekas kuil Shomyoji yang dibangun oleh Akamatsu Sadanori. Klan Yamana menguasai istana untuk sementara waktu setelah klan Akamatsu hancur dalam Perang Kakitsu tahun 1441 yang terjadi pada zaman Muromachi, tetapi klan Akamatsu berhasil merebutnya kembali di tengah kekacau-balauan Perang Onin.

Di paruh pertama abad ke-16, klan Kodera (yang masih sanak keluarga klan Akamatsu) berkuasa di dataran rendah Harima dan Istana Gochaku (sekarang ada di Gochaku, Mikunino-cho, kota Himeji) digunakan sebagai pusat kekuasaan. Kuroda Shigetaka seorang Hikan dari klan Kodera ditunjuk untuk bertugas di Istana Himeji sebagai penjaga istana (berdasarkan catatan ini, ada pendapat yang mengatakan istana mulai dibangun pada saat itu).

Kuroda Shigetaka memperbaiki Istana Himeji agar terlihat pantas untuk ukuran rumah kediaman resmi pejabat, tetapi setelah selesai ternyata menjadi istana model abad pertengahan yang memanfaatkan topografi Gunung Hime (pastinya masih dalam ukuran kecil dibandingkan dengan istana yang tersisa sekarang). Sampai tahun-tahun awal zaman Tensho, klan Kuroda dari generasi ke generasi bertugas menjadi penjaga sementara istana. Shigetaka secara berturutan mewariskan istana kepada anak laki-lakinya yang bernama Kuroda Mototaka dan cucunya yang bernama Kuroda Yoshitaka.

Kemudian pada tahun 1576, atas perintah Oda Nobunaga, Hashiba Hideyoshi diutus untuk pergi ke Harima. Di daerah Harima sedang berlangsung perang sengit antara pasukan klan Oda dan pasukan pemberontak daerah Chugoku yang dipimpin klan Mori. Pertempuran akhirnya dimenangkan oleh klan Oda, sedangkan klan Kodera yang berada di pihak klan Mori berada di ambang kehancuran. Sebagai akibatnya, klan Kodera yang secara turun temurun menjadi Hikan mau tidak mau harus menerima aliansi dengan Hideyoshi. Kuroda Yoshitaka pun kemudian diangkat menjadi tangan kanan Hideyoshi.

Pada tahun 1580, Kuroda Yoshitaka mempersembahkan Istana Himeji sebagai tempat kediaman untuk Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi lalu melakukan pembangunan istana secara besar-besaran. Istana Himeji diperbaiki dengan menggunakan model bangunan istana abad pertengahan dengan menggunakan Gunung Hime sebagai titik pusatnya. Tembok dari susunan batu (Ishigaki) yang sedang populer pada saat itu digunakan untuk memagari istana. Pada waktu itu, Hideyoshi juga membangun menara istana (ada yang mengatakan atapnya masih terdiri dari 3 susun). Pada saat yang bersamaan, kota seputar istana pun dibangun dalam skala besar-besaran di bagian selatan istana. Himeji dipersiapkan menjadi pusat negeri Harima. Salah satu dari jalan utama antar daerah yang disebut jalan Sanyo-do juga dibelokkan agar melewati kota yang mengelilingi Istana Himeji.

Hideyoshi dalam sekejap berhasil menjadi orang nomor satu setelah berhasil menghabisi Akechi Mitsuhide dalam pertempuran Yamazaki di bulan Juni tahun 1582. Akechi Mitsuhide dianggap perlu dihabisi karena membunuh Oda Nobunaga yang merupakan tuannya sendiri. Pada tahun 1583, Hideyoshi pindah ke Istana Osaka yang dibangunnya dengan maksud untuk menyatukan seluruh Jepang. Istana Himeji lalu diserahkan kepada adik laki-lakinya yang bernama Hashiba Hidenaga (nantinya dikenal sebagai Toyotomi Hidenaga). Pada tahun 1585 Hidenaga dipindahkan ke Yamato Koriyama dan kekuasaan beralih kepada sanak keluarganya yang bernama Kinoshita Iesada.

Pada tahun 1601, Iesada minta dipindahkan. Iesada pindah ke daerah Bichu (sekarang sebelah barat Prefektur Okayama) dengan menerima 25.000 koku. Sebagai penggantinya, penguasaan istana beralih kepada Ikeda Terumasa yang setelah menang dalam Perang Sekigahara menerima 520.000 koku dan hak penguasaan negeri Harima. Di bawah pimpinan Terumasa, Istana Himeji berubah menjadi istana yang megah setelah dilakukan perbaikan secara besar-besaran yang memakan waktu 8 tahun.

Zaman Edo

Pada tahun 1617, penerus sisa-sisa klan Ikeda adalah Ikeda Mitsumasa yang masih kanak-kanak. Dengan alasan tidak percaya diri menanggung beban menjaga daerah penting yang dipercayakan kepadaya, Mitsumasa minta dipindahkan ke Istana Tottori di Inaba. Honda Tadatomo (yang berasal dari Kuwana, Ise) dipindahkan ke Istana Himeji dengan menerima 150.000 koku. Seluruh bagian Nishinomaru hampir selesai dibangun ketika Honda Tadatoki menikahi Putri Sen pada tahun 1618.

Dengan alasan posisinya yang strategis, pimpinan wilayah feodal Himeji hanya dipercayakan kepada klan yang masih keluarga dekat Tokugawa dan klan yang secara turun-temurun sudah menjadi daimyo. Penguasaan Himeji secara berputar-putar bergantian dipercayakan kepada klan Okudaira Matsudaira yang menjadi penerus klan Honda, disambung klan Echizen Matsudaira dan klan Sakakibara, lalu kembali ke klan Echizen Matsudaira, dan sekali lagi kepada klan Honda, kemudian dikembalikan ke klan Sakakibara, dan sekali lagi kepada klan Echizen Matsudaira.

Keadaan menjadi stabil dan klan yang memimpin Himeji untuk sementara tidak berganti-ganti sejak klan Sakai dari Istana Maebashi di Kozuke (sekarang Prefektur Gunma) masuk ke Istana Himeji pada tahun 1749. Beban berat memerintah wilayah Himeji menyebabkan klan Sakai hampir bangkrut. Wilayah Himeji ternyata tidak cukup diperintah dengan anggaran sebanyak 150.000 koku, apalagi sebagai daimyo turun temurun klan Sakai sering dibebani tugas-tugas berat dari pemerintah Bakufu.

Istana Himeji juga mengalami berkali-kali pemugaran pada zaman Edo, tetapi keadaan teknik bangunan pada saat itu tidak dapat menghentikan amblasnya fondasi dari batu yang tidak kuat menahan beban berat menara utama. Tiang-tiang penyangga dan balok penopang bahkan sudah sangat lapuk, sampai-sampai di paruh akhir zaman Edo ada lagu rakyat yang antara lain liriknya berbunyi "Istana di Himeji yang miring ke timur, apakah engkau sedang rindu pada Edo."

Di akhir zaman Bakufu semasa Perang Toba-Fushimi, penguasa Istana Himeji adalah Sakai Tadato yang berkedudukan di Edo karena memegang jabatan Roju (tangan kanan sekaligus pelaksana pemerintahan) untuk shogun Tokugawa Yoshinobu. Pada saat itu, shogun berada di pihak Bakufu yang dimusuhi kaisar. Sebagai akibatnya, Istana Himeji dikepung oleh 1.500 prajurit gabungan di bawah pimpinan penguasa wilayah Okayama dan penguasa wilayah Tatsuno. Dalam keadaan terjepit, para menteri senior yang disebut Karo yang dipercayakan menjaga wilayah Himeji sudah memutuskan untuk menyerahkan istana. Tapi pada saat yang sama, pemimpin pasukan Okayama bernama Ikeda Shigemasa yang masih keturunan Ikeda Terumasa (pendiri Istana Himeji) melepaskan beberapa kali tembakan artileri peluru kosong ke arah istana Himeji dengan tujuan untuk menakut-nakuti. Di antara peluru-peluru kosong yang ditembakkan ternyata tercampur peluru mortir sungguhan yang salah satunya tepat mengenai sasaran menghantam pintu gerbang Fukuchu-Mon di bagian barat daya istana. Pada akhirnya memang semua berakhir dengan damai, istana diserahkan tanpa perlawanan dan perang perebutan Istana Himeji dapat dihindari.

Zaman Meiji

Pada tahun 1871, pemerintah Meiji menghapus sistem wilayah feodal Han dan menggantinya dengan sistem prefektur. Sebagai kelanjutannya, pada tahun 1873 pemerintah juga menghapus sistem istana, sehingga istana-istana yang tersebar di seluruh Jepang menjadi tidak berguna lagi dan harus dihancurkan.

Istana Himeji lalu dijual secara lelang. Lelang dimenangkan seorang penduduk yang tinggal di Yonedamachi (masih sekitar lingkungan istana) dengan harga 23 yen 50 sen. Pemenang lelang cuma bermaksud mencari keuntungan dengan menjual genteng-genteng istana. Pekerjaan membongkar genteng ternyata memakan banyak biaya sehingga genteng tidak jadi dijual dan istana dibiar-biarkan begitu saja. Hak kepemilikan istana lalu dihapus dengan alasan pemilik menelantarkan istana yang sudah dibeli. Tiba-tiba pada tahun 1927, menurut berita di suatu surat kabar, ada orang yang mengaku sebagai anak laki-laki pemenang lelang bermaksud menuntut hak kepemilikan Istana Himeji, tetapi menurut surat kabar lain yang terbit beberapa hari kemudian, tuntutan itu ternyata sama sekali tidak beralasan .

Pasukan angkatan darat berulang kali dipusatkan di bekas Istana Himeji, karena lokasinya cocok sekali untuk dijadikan pangkalan militer. Pada tahun 1874, resimen infantri ke-10 ditempatkan di daerah bekas istana. Pada saat itu, bangunan-bangunan yang terdapat di Sannomaru, antara lain istana utama, rumah kediaman bernama Musashino-Goten dan Mukai-yashiki serta beberapa bangunan lainnya dirobohkan. Selain itu, Bizenmaru yang dulunya merupakan rumah kediaman Ikeda Terumasa terbakar habis pada tahun 1882.

Di lain pihak, usaha-usaha pelestarian bangunan istana mulai terlihat sekitar tahun 1877 setelah gejolak besar-besaran yang terjadi pada tahun-tahun awal restorasi Meiji mulai menjadi agak tenang. Di sebelah dalam pintu gerbang Mugi-no-Mon masih bisa tersisa batu monumen peringatan untuk mengenang jasa Kolonel Nakamura Shigeto yang menaruh perhatian pada pemugaran Istana Himeji. Pada tahun 1878, Kolonel Nakamura Shigeto yang menjabat penanggung jawab pekerjaan pemugaran/pembangunan angkatan darat menyarankan kepada atasannya, kepala markas angkatan darat Yamagata Aritomo agar melestarikan Istana Nagoya dan Istana Himeji.

Pemugaran istana dapat dimulai karena permohonan yang diajukan Yamagata Aritomo ternyata diluluskan oleh Dajokan (kantor perundang-undangan, administrasi dan kehakiman), tetapi anggaran yang ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung turun. Setelah anggaran turun, biaya pelestarian istana ternyata besarnya tidak sampai setengah dari jumlah yang diminta, dan itu pun masih harus diutak-utik dari dana milik angkatan darat. Walaupun keadaan sedang sulit, pemugaran mau tidak mau harus dikerjakan agar tidak kalah berlomba dengan pelapukan yang terus berlanjut di sana sini.

Berkat petisi anggota parlemen dari berbagai wilayah yang prihatin dengan nasib istana yang ada di wilayahnya, pada tahun 1910 pemugaran istana pada zaman Meiji akhirnya dapat dimulai dengan anggaran negara sebesar 93.000 yen. Anggaran yang disediakan ternyata masih kurang cukup. Kemiringan menara utama yang terus berlanjut berhasil dihentikan, tetapi pekerjaan menegakkan menara utama yang miring tidak bisa diteruskan karena kurang biaya. Pada tahun 1919 markas angkatan darat membantu perbaikan wilayah Nishinomaru dan setelah pekerjaan selesai, resimen infantri ke-10 dipindahkan ke Okayama.

Istana Tidak Pernah Perang

Istana Himeji berhasil lolos dua kali dari bencana kerusakan yang diakibatkan peperangan pada zaman Bakufu dan Perang Dunia II sehingga mendapat julukan "istana tidak pernah perang" (bahasa Jepang: 不戦の城; fusen no shiro).

Sewaktu Perang Dunia II, Istana Himeji disamarkan dari udara dengan menutup bagian-bagian yang strategis dengan jaring-jaring berwarna hitam. Alasannya, istana sudah pasti akan menjadi sasaran empuk serangan udara Amerika karena tembok-temboknya yang berwarna putih terlihat mencolok dari udara, apalagi angkatan darat juga menempatkan pasukannya di dalam wilayah istana.

Serangan udara besar-besaran atas Himeji terjadi tanggal 3 Juli 1945, akibatnya kota seputar Istana Himeji musnah menjadi abu. Di dalam wilayah istana, serangan udara menghanguskan bangunan sekolah menengah pertama yang menempati bekas lokasi istana utama. Kebakaran yang terjadi di wilayah Nishinomaru juga segera dapat dipadamkan, sehingga bangunan istana secara ajaib luput dari lalapan api. Pagi keesokan harinya, kabarnya penduduk kota tidak mampu menahan air mata haru menyaksikan Istana Himeji yang masih berdiri dengan selamat di tengah-tengah kota yang telah rata dengan tanah.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Istana Himeji tidak pernah dijadikan sasaran serangan udara karena merupakan peninggalan budaya yang penting. Pendapat yang banyak dikutip ini menjadi sumber perdebatan karena serangan udara ternyata juga menghancurkan istana-istana yang terdapat di kota-kota lain di Jepang (misalnya Istana Nagoya), serta bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Jerman.

Pemugaran besar-besaran zaman Showa

Pada tahun 1928, Istana Himeji ditunjuk sebagai peninggalan bersejarah di bawah pengawasan kementerian pendidikan, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh kota Himeji. Menara utama kemudian ditetapkan sebagai pusaka negara pada tahun 1931. Undang-undang perlindungan peninggalan budaya yang diberlakukan sejak tahun 1950 memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar situs peninggalan budaya yang terpenting.

Peluang untuk memulai pemugaran besar-besaran zaman Showa mulai terbuka pada tahun 1934 setelah tembok batu Watari-yagura yang terletak di Nishinomaru roboh secara beruntun akibat hujan deras. Pemugaran dilakukan dengan membongkar bangunan yang ada kemudian memasangnya kembali setelah memperbaiki bagian-bagian yang rusak. Pekerjaan dimulai dari bangunan-bangunan di luar menara utama, tetapi pekerjaan terpaksa dihentikan pada tahun 1944 karena keadaan Jepang yang makin memburuk dalam Perang Dunia II. Istana Himeji ternyata beruntung dapat lolos dari serangan udara, sehingga pada tahun 1950 proyek pemugaran dapat dimulai kembali. Pada tahun 1955, pemugaran semua bangunan dinyatakan selesai kecuali pemugaran menara utama.

Pemugaran besar-besaran menara istana dimulai pada tahun 1956. Pada saat itu seluruh bagian atap menara istana yang berukuran raksasa dibongkar, diperbaiki, dan dipasang kembali. Pada saat pekerjaan pemugaran, para pekerja menemukan berbagai macam catatan yang ditulis pada bagian-bagian bangunan istana. Catatan-catatan ini nantinya sangat bermanfaat bagi penelitian tentang Istana Himeji. Fondasi dari batu terpaksa dibongkar karena menurut perhitungan tidak mampu lagi menahan berat menara utama. Fondasi baru dari konstruksi beton bertulang baja dibangun untuk menggantikan fondasi dari batu yang dibongkar dan dipindahkan ke sebelah utara lapangan Sannomaru.

Sewaktu menara utama dibongkar, salah satu tiang penyangga utama (bahasa Jepang: 心柱, shinbashira) yakni tiang penyangga utama sebelah barat ternyata ditemukan sudah membusuk dari dalam sehingga tidak bisa dipakai lagi. Perburuan batang kayu berukuran raksasa pun dimulai untuk mencari penggantinya. Pada mulanya, pohon Hinoki (Japanese cypress) yang terdapat di lingkungan kuil Kasagata Jinja (kota Ichikawa, Kanzaki-gun, Prefektur Hyogo) diusulkan untuk ditebang menjadi tiang penyangga utama yang baru. Pohon ini kemudian dianggap tidak cocok karena batang bagian atas membengkok dan batang bagian bawah dicurigai sudah membusuk. Pada akhirnya baru pada tahun 1959, di tengah-tengah hutan yang termasuk wilayah kota Tsukechi (sekarang kota Nakatsugawa), Ena-gun, Prefektur Gifu berhasil ditemukan pohon Hinoki yang memenuhi persyaratan. Pohon ini sayangnya patah waktu ditebang. Satu batang pohon Hinoki lain yang ditemukan di dekatnya juga patah sewaktu diangkut. Sebagai usaha terakhir, tidak ada pilihan lain kecuali menyambung bagian bawah pohon yang patah sewaktu diangkut dengan pohon yang ditemukan di kuil Kasagata Jinja. Tiang penyangga utama yang lama sebetulnya juga terdiri dari dua batang pohon yang disambung. Penyambungan justru memudahkan pemasangan bagian bangunan yang lain. Batang-batang pohon Hinoki yang dijadikan tiang penyangga utama diangkut masuk ke dalam Istana Himeji dengan dirayakan oleh banyak warga kota Himeji.

Pemugaran menara utama juga bertujuan agar menara utama tahan gempa. Salah satu caranya adalah mengurangi berat menara. Genteng lama diganti dengan genteng penemuan baru yang lebih ringan dan pengencang dari logam (metal fittings) dipasang untuk pertama kalinya di Istana Himeji. Tembok-tembok istana dianggap bisa bertahan dalam gempa, sehingga hampir-hampir dibiarkan apa adanya. Pada tahun 1964 pemugaran menara utama dinyatakan selesai.

Total biaya pemugaran menara utama adalah sekitar 530 juta yen. Sedangkan total biaya pemugaran seluruhnya adalah sekitar 1 miliar yen (berdasarkan nilai tukar tahun 1964), yang didapat dari menjumlahkan biaya pemugaran sebelum perang (dengan memperhitungkan nilai tukar yen tahun 1964 dengan harga-harga sebelum perang) dengan biaya pemugaran sesudah perang.

Photographies by:
Zones
Statistics: Position
147
Statistics: Rank
359487

Tambah komentar baru

Esta pregunta es para comprobar si usted es un visitante humano y prevenir envíos de spam automatizado.

Keamanan
754928316Click/tap this sequence: 3187

Google street view

Where can you sleep near Istana Himeji ?

Booking.com
487.390 visits in total, 9.187 Points of interest, 404 Destinations, 16 visits today.