Nepal

Jean-Marie Hullot - CC BY-SA 2.0 Nirmal Raj Joshi - CC BY-SA 3.0 Gus, Original uploader was Gus at pl.wikipedia - CC BY-SA 3.0 - Q-lieb-in - CC BY-SA 4.0 Abhishek Dutta (http://abhishekdutta.org), fix chromatic aberration by uploader - CC BY 3.0 Steve Hicks - CC BY 2.0 Gurkhanabin - CC BY 4.0 Iciclesadventuretreks - CC BY-SA 4.0 Rajivkilanashrestha - CC BY-SA 4.0 Thapaliyashreeram - CC BY-SA 4.0 Rabin Karki - CC BY 3.0 Gerd Eichmann - CC BY-SA 4.0 Ummidnp - CC BY-SA 4.0 Rajesh Dhungana - CC BY-SA 4.0 Iciclesadventuretreks - CC BY-SA 4.0 Abhishek Dutta (http://abhishekdutta.org), fix chromatic aberration by uploader - CC BY 3.0 NeupaneArpan - CC BY-SA 4.0 Chandrackd - CC BY-SA 4.0 Ummidnp - CC BY-SA 4.0 Rdhungana - CC BY-SA 4.0 Nirmal Raj Joshi - CC BY-SA 3.0 Abhishek Dutta (http://abhishekdutta.org), fix chromatic aberration by uploader - CC BY 3.0 Nahyd Akhtar - CC BY-SA 4.0 Abhishek Dutta (http://abhishekdutta.org), fix chromatic aberration by uploader - CC BY 3.0 Jmhullot - CC BY 3.0 Lerian - Public domain Q-lieb-in - CC BY-SA 4.0 Jmhullot - CC BY 3.0 Q-lieb-in - CC BY-SA 4.0 http://www.vascoplanet.com/world/ VascoPlanet Photography, Nepal - CC BY 3.0 Iciclesadventuretreks - CC BY-SA 4.0 Rdhungana - CC BY-SA 4.0 Gus, Original uploader was Gus at pl.wikipedia - CC BY-SA 3.0 Gerd Eichmann - CC BY-SA 4.0 Yash Bhattarai - CC BY-SA 4.0 Thapaliyashreeram - CC BY-SA 4.0 KC Sanjay - CC BY-SA 4.0 Jean-Pierre Dalbéra from Paris, France - CC BY 2.0 Gerd Eichmann - CC BY-SA 4.0 Rdhungana - CC BY-SA 4.0 Gus, Original uploader was Gus at pl.wikipedia - CC BY-SA 3.0 Anish Regmi - CC BY-SA 4.0 Chandrackd - CC BY-SA 4.0 Q-lieb-in - CC BY-SA 3.0 Iciclesadventuretreks - CC BY-SA 4.0 Prakaz wiki - Public domain Q-lieb-in - CC BY-SA 3.0 Ascii002 - CC BY-SA 3.0 default Mubarakansari - CC BY-SA 3.0 Gerd Eichmann - CC BY-SA 4.0 Yash Bhattarai - CC BY-SA 3.0 Gerd Eichmann - CC BY-SA 4.0 Steve Hicks - CC BY 2.0 Faj2323 - CC BY-SA 4.0 Carsten.nebel - CC BY-SA 4.0 Thapaliyashreeram - CC BY-SA 4.0 Gurkhanabin - CC BY 4.0 nischaltiwari (https://www.flickr.com/photos/nischaltiwari/) - CC BY 2.5 Lerian - Public domain No images

Context of Nepal

Nepal, dengan nama resmi disebut sebagai Republik Demokratik Federal Nepal (Nepali: सङ्घीय लोकतान्त्रिक गणतन्त्र नेपाल, Sanghīya Lokatāntrika Ganatantra Nēpāla) adalah sebuah negara federal yang bersistem parlementer dengan berbentuk republik konstitusional dan juga negara terkurung daratan di Asia Selatan. Hal ini terutama terletak di Himalaya, tetapi juga mencakup bagian dari Dataran Indo-Gangga, berbatasan dengan Tibet, R.R.Tiongkok di utara dan India di timur dan selatan.

Nepal memiliki geografi yang beragam, termasuk dataran subur, perbukitan berhutan dan delapan dari sepuluh gunung tertinggi di dunia termasuk Gunung Everest ada di Nepal. Nepal adalah negara multi-etnis, multi-bahasa, multi-agama dan multi-budaya dengan bahasa Nepal sebagai bahasa resmi. Kathmandu adalah ibu kota negara dan kota terbesar di negara tersebut.

More about Nepal

Basic information
  • Currency Rupee Nepal
  • Calling code +977
  • Internet domain .np
  • Mains voltage 230V/50Hz
  • Democracy index 5.22
Population, Area & Driving side
  • Population 29164578
  • Area 147181
  • Driving side left
Riwayat
  •  Lumbini, terdaftar sebagai tempat kelahiran Gautama Buddha oleh Konvensi Warisan Dunia UNESCOZaman purba

    Perangkat neolitik yang ditemukan di Lembah Kathmandu menunjukkan bahwa manusia sudah hidup di daerah Himalaya selama sekitar 11.000 tahun.[1]

    Nepal pertama kali disebut di dalam Atharvaveda Pariśiṣṭa sebagai tempat yang mengekspor selimut. Tempat ini juga disebut dalam Atharvashirsha Upanishad.[2] Dalam Pilar Allahabad karya Samudragupta, Nepal disebut sebagai sebuah negara perbatasan. Skanda Purana juga memiliki sebuah bab terpisah, dikenal sebagai "Nepal Mahatmya", yang menceritakan keindahan dan kekuatan Nepal secara detail.[3] Nepal juga disebut dalam teks Hindu, misalnya Narayana Puja.[2]

    ...Selengkapnya
     Lumbini, terdaftar sebagai tempat kelahiran Gautama Buddha oleh Konvensi Warisan Dunia UNESCOZaman purba

    Perangkat neolitik yang ditemukan di Lembah Kathmandu menunjukkan bahwa manusia sudah hidup di daerah Himalaya selama sekitar 11.000 tahun.[1]

    Nepal pertama kali disebut di dalam Atharvaveda Pariśiṣṭa sebagai tempat yang mengekspor selimut. Tempat ini juga disebut dalam Atharvashirsha Upanishad.[2] Dalam Pilar Allahabad karya Samudragupta, Nepal disebut sebagai sebuah negara perbatasan. Skanda Purana juga memiliki sebuah bab terpisah, dikenal sebagai "Nepal Mahatmya", yang menceritakan keindahan dan kekuatan Nepal secara detail.[3] Nepal juga disebut dalam teks Hindu, misalnya Narayana Puja.[2]

    Legenda dan teks kuno yang menyebut daerah yang kini dikenal sebagai Nepal ada hingga abad ke-30 Sebelum Masehi.[4] Kaum Gopal Bansa kemungkinan besar merupakan salah satu penghuni lembah Kathmandu yang paling awal. Pemimpin Nepal yang paling awal adalah kaum Kirata (Kerajaan Kirata), kaum yang sering disebut dalam teks-teks Hindu. Mereka memimpin Nepal selama berabad-abad.[4] Berbagai sumber menyatakan keberadaan setidaknya 32 raja Kirata.[5]

    Pada sekitar tahun 600 SM, terdapat berbagai kerajaan kecil dan konfederasi klan di daerah selatan Nepal. Dari salah satunya, kota Shakya, lahirlah seorang pangeran yang kemudian melepaskan statusnya untuk menjalani hidup asketik, mendirikan Buddhisme, dan kemudian dikenal sebagai Gautama Buddha (secara tradisional, ia diketahui hidup pada 623-543 SM).[6]

    Pada 250 SM, daerah-daerah selatan masuk ke dalam pengaruh Kerajaan Maurya dari India Utara. Kemudian, daerah ini menjadi kerajaan bawahan Kerajaan Gupta pada abad ke-4 SM.[6]

    Kerajaan Nepal digambarkan secara mendetail di dalam tulisan seorang bhiksu Buddhis Tiongkok, Xuanzang, yang diketahui berasal dari sekitar tahun 645.[7][8] Prasasti batu di Lembah Kathmandu adalah sumber penting sejarah Nepal.

    Setelah dinasti monarki Kirat, raja-raja dinasti Lichavi memimpin Nepal. Konteks 'Ksatriya Suryavansi menciptakan rezim baru setelah mengalahkan kaum Kirat' dapat ditemukan di beberapa genealogi dan Purana.[5] Hingga kini, masih belum jelas kapan dinasti Lichhavi mulai berdiri di Nepal. Menurut pendapat Baburam Acharya, sejarawan besar Nepal, dinasti Licchavi mulai memimpin secara merdeka dengan cara mengalahkan negara Kirati yang sudah ada di Nepal sekitar tahun 250.[5]

    Dinasti Licchavi kemudian mulai mundur di akhir abad ke-8, dan dilanjutkan dengan era Newar atau Thakuri. Raja-raja Thakuri memimpin negeri ini hingga pertengahan abad ke-12. Raja Raghav Dev konon mendirikan dinasti ini pada bulan Oktober tahun 869 M.[9] Raja Raghav Dev juga memulai Nepal Sambat.[10]

    Zaman pertengahan  Tara, Nepal sekitar abad ke-13, Museum Seni Walters Kompleks kerajaan Basantapur

    Di awal abad ke-12, mulai ada pemimpin Nepal barat jauh yang namanya memiliki akhiran sufiks bahasa Sanskrit, malla (yang berarti "pegulat"). Raja-raja ini mengonsolidasi kekuatan mereka dan memimpin selama 200 tahun, hingga kerajana ini akhirnya terpecah menjadi dua lusin kerajaan kecil. Dinasti Malla lain, yang dimulai dengan raja Jayasthiti muncul di lembah Kathmandu pada akhir abad ke-14. Sejak saat itu, bagian pusat Nepal kembali dipimpin secara terpusat. Pada tahun 1482, daerah Nepal terbagi menjadi tiga kerajaan: Kathmandu, Patan, dan Bhaktapur.

    Kerajaan Nepal (1768–2008)  Mahkota keupacaraan seorang bangsawan Nepal Perang Sino-Nepal Raja Tribhuvan sedang memberikan audiensi kepada jenderal Inggris, Claude Auchinleck, di istana kerajaan di Kathmandu, 1945 Elvis Presley dengan Raja Mahendra dan Ratu Ratna Nepal pada tahun 1960 Perdana Menteri Israel, David Ben Gurion, dan Perdana Menteri Nepal, B. P. Koirala

    Di pertengahan abad ke-18, Prithvi Narayan Shah, seorang raja Gurkha, mulai mendirikan apa yang kini dikenal sebagai Nepal. Ia memulai misinya dengan mengamankan netralitas kerajaan-kerajaan di pegunungan sekitar. Setelah beberapa pertempuran dan pertarungan yang memakan korban, terutama Pertempuran Kirtipura, ia berhasil menaklukkan Lembah Kathmandu pada tahun 1769. Pater Giuseppe menjadi saksi langsung kemenangan Prithvi Narayan Shah dan menuliskan sebuah kesaksian yang mendetail.[11]

    Pemerintahan Gurkha mencapai puncaknya ketika teritori India Utara Kerajaan Kumaon dan Kerajaan Garwhal di timur, hingga Sikkim di barat, masuk ke dalam kendali Nepal. Terjadi sebuah persengketaan dengan Tibet mengenai kendali perlintasan pegunungan dan pedalaman lembah Tingri di Tibet, hingga akhirnya memaksa dinasti Qing di Tiongkok untuk berperang dalam Perang Sino-Nepal. Pada akhirnya, pihak Nepal terpaksa mundur dan membayar reparasi perang kepada Beijing.

    Persengketaan antara Kerajaan Nepal dengan Perusahaan Hindia Timur Britania tentang kendali negara-negara di perbatasan Nepal berujung pada Perang Anglo-Nepal (1815-16). Pada awalnya, orang Inggris menganggap rendah orang Nepal dan akhirnya mereka kalah, hingga harus menambahkan jumlah tentara dari yang mereka rencanakan. Perang ini berakhir dengan Perjanjian Sugauli, yang mengembalikan daerah-daerah yang baru diambil Nepal, serta hak untuk merekrut tentara. Tanah kaum Madhesi yang mendukung Perusahaan Hindia Timur Britania dikembalikan sebagai hadiah bagi Nepal.[12]

    Faktionalisme di keluarga kerajaan menyebabkan ketidakstabilan. Pada tahun 1846, ditemukan suatu rencana yang mengatakan bahwa ratu yang waktu itu memimpin hendak membuang Jung Bahadur Kunwar, seorang pimpinan militer yang cepat naik kariernya. Hal ini berujung pada Pembunuhan massal Kot. Pertarungan bersenjata antara personel militer dan birokrat yang setia pada ratu berujung pada pembunuhan beberapa ratus pangeran di seluruh negeri. Jung Bahadur Kunwar menang dan menciptakan dinasti Rana. Ia kemudian dikenal sebagai Jung Bahadur Rana.

    Raja kemudian dijadikan sebagai figur simbolis, dan peran Perdana Menteri dibuat penting dan turun-temurun. Kaum Rana amat pro-Inggris dan membantu mereka pada Pemberontakan di India 1857 (dan kemudian di kedua Perang Dunia). Beberapa bagian daerah Terai, yang berisi orang non-Nepal, diberikan kepada Nepal oleh Inggris, sebagai simbol persahabatan untuk bantuan militernya menjaga kendali Inggris di India selama pemberontakan. Pada tahun 1923, Britania Raya dan Nepal menandatangani perjanjian persahabatan formal yang mengungguli Perjanjian Sugauli tahun 1816.[12]

    Perbudakan legal di Nepal dibatalkan pada tahun 1924.[13] Namun demikian, di Nepal masa kini, ada sekitar 234.600 orang (sekitar 0,82%) yang diperbudak.[14] Perbudakan akibat hutang, bahkan yang termasuk anak penghutang, adalah masalah sosial besar di daerah Terai. Kepemimpinan Rana sarat dengan tirani, kebobrokan moral, ekploitasi ekonomi, serta persekusi agama.[15][16]

    Pada akhir tahun 1940an, gerakan serta partai politik prodemokrasi yang baru muncul di Nepal amat kritis terhadap otokrasi Rana. Sementara itu, dengan invasi Tibet oleh Tiongkok pada tahun 1950an, India mulai mencoba menyeimbangkan ancaman militer yang mulai muncul di bagian utaranya dengan mendekati Nepal. India mensponsori Raja Tribhuvan (yang memimpin dari tahun 1911–55) sebagai pemimpin baru Nepal pada tahun 1951, serta sebuah pemerintahan baru, yang terutama terdiri dari Kongres Nepal, dan mengakhiri hegemoni Rana di dalam kerajaan.[12]

    Setelah beberapa tahun berseteru mengenai kekuasaan antara raja dan pemerintah, Raja Mahendra (yang memimpin 1955-72) kemudian membatalkan eksperimen demokrasi pada tahun 1959 dan sistem "nonpartai" Panchayat didirikan untuk memimpin Nepal hingga tahun 1989, ketika "Jan Andolan" (Gerakan Rakyat) memaksa Raja Birendra (memimpin 1972–2001) untuk menerima reformasi konstitusional dan menciptakan parlemen multipartai yang mulai beroperasi pada Mei 1991.[17] Pada tahun 1996, Partai Komunis Nepal mulai mengadakan pergerakan bersenjata untuk mengubah sistem parlementer kerajaan dengan republik rakyat sehingga terjadi Perang Sipil Nepal dan lebih dari 12.000 orang meninggal.

    Pada 1 Juni 2001, terjadi pembunuhan massal di istana kerajaan. Raja Birendra, Ratu Aishwarya, dan tujuh anggota kerajaan lainnya, mati terbunuh. Pelakunya diperkirakan adalah Pangeran Dipendra, yang diduga bunuh diri tidak lama kemudian. Pembunuhan massal ini konon adalah respons Dipendra terhadap pelarangan orang tuanya untuk menikahi istrinya. Namun demikian, terdapat spekulasi dan keraguan warga Nepal tentang siapa yang bertanggung jawab.

    Setelah pembunuhan massal itu terjadi, saudara laki-laki Raja Birendra, Gyanendra, mendapatkan takhta. Pada 1 Februari 2005, Raja Gyanendra membatalkan pemerintahan dan mengambil kekuasaan eksekutif penuh untuk menghabisi gerakan bersenjata Maois.[17] Akan tetapi, inisiatif ini tidak berhasil karena kaum Maois sudah kuat bertahan di sejumlah besar perbatasan negeri, namun mereka belum bisa mengalahkan militer dari kota-kota besar. Pada September 2005, kaum Maois mendeklarasikan gencatan senjata tiga bulan untuk melakukan negosiasi.

    Sebagai hasil dari pergerakan demokrasi tahun 2006, Raja Gyanendra setuju untuk memberikan kedaulatan kepada rakyat. Pada tanggal 24 April 2006, Majelis Representasi Rakyat yang dibubarkan kembali didirikan. Dengan otoritas kedaulatan yang baru didapat, Majelis itu kemudian melakukan voting dan menentukan bahwa kekuasaan raja harus dipersempit dan Nepal dinyatakan sebagai negara sekuler, mengakhiri status resmi Nepal sebagai Kerajaan Hindu, pada 18 Mei 2006. Pada 28 Desember 2007, parlemen merilis undang-undang yang mengamendemen Pasal 159 konstitusi, mengganti kata-kata "Hukum mengenai Raja" menjadi "Hukum mengenai Kepala Negara", mendeklarasikan Nepal sebagai sebuah republik federal, dan dengan demikian membatalkan monarki.[18] Undang-undang ini memiliki kekuasaan hukum sejak 28 Mei 2008.[19]

    Republik Nepal (2008–masa kini)

    Partai Komunis Nepal memenangkan jumlah kursi terbanyak di pemilihan Majelis Konstituen pada 10 April 2008. Mereka mendirikan sebuah pemerintahan koalisi dengan hampir seluruh partai di Majelis Konstituen. Meskipun terjadi aksi kekerasan pada masa prapemilihan, akan tetapi pemilihan itu sendiri bersifat damai dan "dijalankan dengan baik".[20]

     Dr. Ram Baran Yadav, Presiden Nepal pertama

    Majelis yang baru dibangun ini melakukan rapat di Kathmandu pada 28 Mei 2008. Setelah melakukan polling pada 564 anggota Majelis Konstituen, 560 orang menyatakan mendirikan pemerintahan baru.[19] Partai monarkis, Partai Rastriya Prajatantra, yang memiliki empat perwakilan di majelis, menyatakan ketidaksetujuannya. Di titik itu dinyatakan bahwa Nepal telah menjadi negara republik demokratis yang sekuler dan inklusif.[21][22] Pemerintah kemudian menyatakan tanggal 28–30 Mei sebagai hari libur. Raja diberikan waktu 15 hari untuk meninggalkan Istana Narayanhity, agar istana itu dapat dibuka untuk umum sebagai sebuah museum.[23]

    Namun demikian, perseteruan politik dan pertarungan kekuasaan yang muncul darinya terus ada di Nepal. Pada bulan Mei 2009, pemerintahan Maois dijatuhkan dan pemerintahan koalisi lain, dengan semua partai politik besar kecuali partai Maois, pun terbentuk.[24] Madhav Kumar Nepal dari Partai Komunis Nepal (Marxis–Leninis) menjadi Perdana Menteri pemerintahan koalisi ini.[25] Pada bulan Februari 2011, pemerintahan Madhav Kumar Nepal pun dibubarkan dan Jhala Nath Khanal dari Partai Komunis Nepal (Marxis–Leninis) dijadikan Perdana Menteri.[26] Pada bulan Agustus 2011, pemerintahan Jhala Nath Khanal dibubarkan dan Baburam Bhattarai dari Partai Komunis Nepal (Maois) dijadikan Perdana Menteri.[27]

    Partai politik yang ada gagal menciptakan konstitusi dalam jangka waktu yang ditentukan.[28] Hal ini berujung pada pembubaran Majelis Konstituen, untuk menciptakan pemilihan-pemilihan baru agar terjadi mandat politik baru. Berlawanan dengan teori pemisahan kekuasaan, Hakim Agung waktu itu, Khil Raj Ragmi, dinyatakan sebagai pimpinan pemerintahan sementara. Di bawah kepemimpinan Regmi, terjadi pemilihan umum majelis konstituen yang damai. Kekuatan-kekuatan utama di Majelis Konstituen yang sebelumnya, yaitu (PKN Maois dan partai-partai Madhesi) pun terpuruk hingga posisi 3 dan lebih rendah.[29][30]

    Pada bulan Februari 2014, setelah terjadi konsensus antara dua partai besar di Majelis Konstituen, Sushil Koirala dijadikan perdana menteri Nepal yang baru.[31][32]

    Pada 25 April 2015, gempa bumi 7,8 SR terjadi di Nepal.[33] Dua bulan kemudian, pada tanggal 12 Mei, kembali terjadi gempa bumi bermagnitudo 7,3 SR, yang memakan korban meninggal sebanyak 8.500 orang dan korban cedera 21.000 orang.[34]

    Pada tanggal 20 September 2015, konstitusi baru, Konstitusi Nepal 2015 (bahasa Nepali: नेपालको संविधान २०७२) disampaikan Presiden Ram Baran Yadav di Majelis Konstituen. Majelis ini kemudian dijadikan parlemen legislatif oleh ketua majelis pada saat itu. Konstitusi Nepal yang baru praktis mengubah Nepal menjadi sebuah republik demokratis federal dengan 7 negara bagian yang belum bernama.

    Pada bulan Oktober 2015, Bidhya Devi Bhandari dinominasikan sebagai presiden perempuan pertama.[35]

    ^ Krishna P. Bhattarai. Nepal. Infobase publishing. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-11. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ a b P. 17 Looking to the Future: Indo-Nepal Relations in Perspective By Lok Raj Baral ^ "India-Nepal relations". gktoday.in. 18 November 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 19 December 2014.  ^ a b Singh, G.P. (1990). Kiratas in Ancient India. New Delhi: Gian Pub. House. OCLC 555770473.  ^ a b c "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-21. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ a b "India-Nepal Relations - General Knowledge Today". www.gktoday.in. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ Li, Rongxi (translator). 1995. The Great Tang Dynasty Record of the Western Regions, pp. 219–220. Numata Center for Buddhist Translation and Research. Berkeley, California. ISBN 1-886439-02-8 ^ Watters, Thomas. 1904-5. On Yuan Chwang's Travels in India (A.D. 629–645), pp. 83–85. Reprint: Mushiram Manoharlal Publishers, New Delhi. 1973. ^ "Nepal Monarchy: Thakuri Dynasty". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-30. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ "Nepal Monarchy: Thakuri Dynasty". royalnepal.synthasite.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-30. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ Giuseppe, Father (1799). "Account of the Kingdom of Nepal". Asiatick Researches. London: Vernor and Hood. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-11. Diakses tanggal 2 June 2012.  p. 308. ^ a b c lawrence, harris, george; division, library of congress. federal research; matles, savada, andrea. "Nepal and Bhutan : country studies". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-28. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ Tucci, Giuseppe. (1952). Journey to Mustang, 1952. Trans. by Diana Fussell. 1st Italian edition, 1953; 1st English edition, 1977. 2nd edition revised, 2003, p. 22. Bibliotheca Himalayica. ISBN 99933-0-378-X (South Asia); ISBN 974-524-024-9 (Outside of South Asia). ^ Kevin Bales; et al. "Nepal". The Global Slavery Index 2016. The Minderoo Foundation Pty Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-13. Diakses tanggal 13 March 2018.  ^ Dietrich, Angela (1996). "Buddhist Monks and Rana Rulers: A History of Persecution". Buddhist Himalaya: A Journal of Nagarjuna Institute of Exact Methods. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-01. Diakses tanggal 17 September 2013.  ^ Lal, C.K. (16 February 2001). "The Rana resonance". Nepali Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-28. Diakses tanggal 17 September 2013.  ^ a b "Timeline: Nepal". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-03. Diakses tanggal 29 September 2005.  ^ "Nepal votes to end monarchy". CNN Asia report. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ a b "Nepal votes to abolish monarchy". BBC News. 28 May 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-07. Diakses tanggal 22 May 2011.  ^ The Carter Center. "Activities by Country: Nepal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-20. Diakses tanggal 17 July 2008.  ^ "Nepal abolishes its monarchy". Al Jazeera. 28 May 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 May 2008. Diakses tanggal 29 May 2008.  ^ Timsina, Monika. "They're more violent". Ekantipur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2015.  ^ "Nepal King gets 15 days to leave palace". Outlookindia.com. 28 May 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 April 2013. Diakses tanggal 25 October 2012.  ^ "Prachanda becomes PM, Nepal set for major change". The Sunday Times. 17 August 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-26. Diakses tanggal 25 October 2012.  ^ "Madhav Kumar Nepal elected new Nepal PM". Rediffnews. 23 May 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 25 October 2012.  ^ "Nepal: Jhalanath Khanal elected new prime minister". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-24. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ "Bhattarai elected new Prime Minister of Nepal". Nepalnews.com. 28 August 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 February 2014. Diakses tanggal 28 February 2014.  ^ "CA dissolved without promulgating constitution". Jagaran Nepal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 2018-07-02.  ^ "Home Page". Official Page of Constituent Assembly of Nepal. Government of Nepal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 January 2014.  ^ "Nepal Peace Reports". The Carter Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 14 February 2014.  ^ "Sushil Koirala wins vote to be Nepal's prime minister". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-28. Diakses tanggal 14 February 2014.  ^ "Sushil Koirala becomes new prime minister of Nepal". Ekantipur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-24. Diakses tanggal 14 February 2014.  ^ Corinne Cathcard; Emily Shapiro (25 April 2015). "Nepal Earthquake: Death Toll Jumps Over 1,800". ABC News. Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 26 April 2015.  ^ "Nepal earthquake death toll reaches 8,635, over 300 missing". The Indian Express. 23 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-22. Diakses tanggal 21 October 2016.  ^ "Nepal just elected its first female president". Quartz. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-02. Diakses tanggal 28 October 2015. 
    Read less

Where can you sleep near Nepal ?

Booking.com
487.381 visits in total, 9.187 Points of interest, 404 Destinations, 7 visits today.