Context of Skotlandia

Skotlandia (bahasa Inggris dan Skots: Scotland, ; bahasa Gaelik Skotlandia: Alba [ˈal̪ˠapə] ( simak)) adalah negara konstituen dari negara berdaulat Britania Raya. Mencakup sepertiga bagian utara Pulau Britania, Skotlandia berbatasan dengan Inggris di sebelah selatan, Laut Utara di sebelah timur, Samudera Atlantik di sebelah utara dan barat, serta Selat Utara dan Laut Irlandia di sebelah barat daya. Selain daratan utama, Skotlandia juga terdiri dari 790 pulau lebih, termasuk Kepulauan Utara dan Hebrides.

Edinburgh, ibu kota negara dan kota terbesar kedua, adalah salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa. Edinburgh pernah menjadi pusat Pencerahan Skotlandia pada abad ke-18, yang mengubah Skotlandia menjadi salah satu keku...Selengkapnya

Skotlandia (bahasa Inggris dan Skots: Scotland, ; bahasa Gaelik Skotlandia: Alba [ˈal̪ˠapə] ( simak)) adalah negara konstituen dari negara berdaulat Britania Raya. Mencakup sepertiga bagian utara Pulau Britania, Skotlandia berbatasan dengan Inggris di sebelah selatan, Laut Utara di sebelah timur, Samudera Atlantik di sebelah utara dan barat, serta Selat Utara dan Laut Irlandia di sebelah barat daya. Selain daratan utama, Skotlandia juga terdiri dari 790 pulau lebih, termasuk Kepulauan Utara dan Hebrides.

Edinburgh, ibu kota negara dan kota terbesar kedua, adalah salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa. Edinburgh pernah menjadi pusat Pencerahan Skotlandia pada abad ke-18, yang mengubah Skotlandia menjadi salah satu kekuatan industri, perdagangan, dan intelektual di Eropa. Glasgow, kota terbesar di Skotlandia, pernah menjadi salah satu kota industri terkemuka di dunia dan saat ini berlokasi di pusat konurbasi Glasgow Raya. Perairan Skotlandia terdiri dari sejumlah besar sektor Atlantik Utara dan Laut Utara, mengandung cadangan minyak terbesar di Uni Eropa. Karena hal ini, Aberdeen, kota terbesar ketiga di Skotlandia, dijuluki dengan ibu kota minyak Eropa.

Kerajaan Skotlandia menjadi negara berdaulat yang merdeka pada Abad Pertengahan Awal dan masih berdiri hingga tahun 1707. Setelah James VI, Raja Skotlandia mewarisi takhta Inggris dan Irlandia pada 1603, Skotlandia bersatu secara politik dengan Kerajaan Inggris pada tanggal 1 Mei 1707, yang kemudian membentuk Kerajaan Britania Raya. Penyatuan ini disahkan melalui Undang-Undang Penyatuan yang disepakati oleh Parlemen kedua negara pada tahun 1707, diikuti oleh penentangan rakyat Skotlandia dan pecahnya kerusuhan anti-penyatuan di Edinburgh, Glasgow, dan di tempat lain. Kerajaan Britania Raya kemudian juga bersatu secara politik dengan Kerajaan Irlandia pada 1 Januari 1806 dan membentuk Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia.

Meskipun tergabung dalam satu negara berdaulat, sistem hukum Skotlandia terpisah dari sistem hukum yang digunakan di Inggris dan Wales serta Irlandia Utara; Skotlandia memiliki yurisdiksi hukum publik dan hukum privat yang berbeda dengan negara konstituensi Britania lainnya. Terpisahnya lembaga hukum, pendidikan, dan keagamaan Skotlandia dari negara konstituensi Britania lainnya turut bersumbangsih terhadap kesinambungan budaya dan identitas nasional Skotlandia sejak Penyatuan 1707. Setelah referendum 1997, dibentuk badan legislatif devolutif bernama Parlemen Skotlandia pada tahun 1999. Parlemen ini memiliki kewenangan yang luas untuk menangani urusan-urusan dalam negeri Skotlandia yang tidak menjadi kewenangan Britania Raya. Pada bulan Mei 2011, Partai Nasional Skotlandia menang mutlak di parlemen dan berencana untuk melaksanakan referendum kemerdekaan pada tangal 18 September 2014. Hasil referendum ini menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Skotlandia menolak merdeka dari Britania Raya.

Skotlandia adalah negara anggota Dewan Britania–Irlandia, Majelis Parlementer Britania–Irlandia, dan juga ikut serta dalam perjanjian Kawasan Perjalanan Umum. Skotlandia juga terwakili di Uni Eropa dan memiliki enam anggota Parlemen Eropa.

More about Skotlandia

Basic information
Population, Area & Driving side
  • Population 5313600
  • Area 78782
Riwayat
  • Sejarah awal

    Wilayah modern yang saat ini menjadi Skotlandia telah mengalami glasiasi secara berulang, memunahkan seluruh jejak kehidupan yang mungkin telah ada sebelum periode Mesolitikum. Kelompok pertama manusia pemburu dan pengumpul makanan diyakini telah tiba di Skotlandia kira-kira 12.800 tahun yang lalu, setelah surutnya lapisan es pada masa glasiasi akhir.[1][2]

    Kelompok pemukim pertama kali mulai membangun rumah permanen di daratan Skotlandia sekitar 9.500 tahun yang lalu, dan kemudian mulai membentuk desa-desa 3.500 tahun kemudian. Desa yang kondisinya cukup terawat salah satunya terdapat di Skara Brae, Orkney, yang berasal dari periode ini. Hunian Neolitik, permakaman, dan situs ritual dengan kondisi terawat baik juga terdapat di Pulau Utara dan Pulau Barat, meskipun kurangnya pepohonan menyebabkan sebagian besar struktur berubah menjadi batuan.[3]

    Makam kuno dan harta karun berusia 4000 tahun yang ditemukan di Forteviot, di dekat Perth, ibu kota Kerajaan Pict pada abad ke-8 dan ke-9, merupakan penemuan prasejarah yang tak tertandingi di Britania Raya. Makam ini berisi jasad penguasa Skotlandia pada masa Zaman Perunggu awal yang ditimbun dengan batu kuarsa putih dan kerikil. Penemuan ini juga membuktikan bahwa untuk pertama kalinya, manusia meletakkan bunga di makam mereka pada Zaman Perunggu awal.[4][5]

    ...Selengkapnya
    Sejarah awal

    Wilayah modern yang saat ini menjadi Skotlandia telah mengalami glasiasi secara berulang, memunahkan seluruh jejak kehidupan yang mungkin telah ada sebelum periode Mesolitikum. Kelompok pertama manusia pemburu dan pengumpul makanan diyakini telah tiba di Skotlandia kira-kira 12.800 tahun yang lalu, setelah surutnya lapisan es pada masa glasiasi akhir.[1][2]

    Kelompok pemukim pertama kali mulai membangun rumah permanen di daratan Skotlandia sekitar 9.500 tahun yang lalu, dan kemudian mulai membentuk desa-desa 3.500 tahun kemudian. Desa yang kondisinya cukup terawat salah satunya terdapat di Skara Brae, Orkney, yang berasal dari periode ini. Hunian Neolitik, permakaman, dan situs ritual dengan kondisi terawat baik juga terdapat di Pulau Utara dan Pulau Barat, meskipun kurangnya pepohonan menyebabkan sebagian besar struktur berubah menjadi batuan.[3]

    Makam kuno dan harta karun berusia 4000 tahun yang ditemukan di Forteviot, di dekat Perth, ibu kota Kerajaan Pict pada abad ke-8 dan ke-9, merupakan penemuan prasejarah yang tak tertandingi di Britania Raya. Makam ini berisi jasad penguasa Skotlandia pada masa Zaman Perunggu awal yang ditimbun dengan batu kuarsa putih dan kerikil. Penemuan ini juga membuktikan bahwa untuk pertama kalinya, manusia meletakkan bunga di makam mereka pada Zaman Perunggu awal.[4][5]

    Skotlandia diperkirakan turut serta dalam aktivitas perdagangan pada Zaman Perunggu akhir, yang dikenal dengan Zaman Perunggu Atlantik. Perdagangan ini juga melibatkan bangsa Keltik lainnya, serta berlangsung di wilayah-wilayah yang saat ini membentuk Inggris, Prancis, Spanyol, dan Portugal.[6][7][8][9]

    Pada musim dingin 1850, badai hebat yang melanda Skotlandia menyebabkan kerusakan parah dan jatuhnya lebih dari 200 korban jiwa.[10] Di Teluk Skaill, badai melongsorkan tanah perbukitan Skerrabra. Ketika penduduk desa setempat membersihkan sisa-sisa badai, mereka menemukan puing-puing perdesaan yang terdiri dari sejumlah rumah kecil tanpa atap.[10][11] William Watt, pemimpin desa setempat, segera memulai penggalian di Teluk Skaill, namun penggalian ini dihentikan pada tahun 1868.[11] Situs ini tetap tak tersentuh dan sempat dijarah pada tahun 1913.[10] Pada tahun 1924, badai sekali lagi menyapu lokasi situs dan setelah itu barulah diputuskan bahwa situs prasejarah tersebut harus dilindungi dan diteliti.[10] Pekerjaan ini diamanatkan kepada Profesor Universitas Edinburgh, Vere Gordon Childe, yang pertama kali mengunjungi lokasi situs pada pertengahan 1927.[10]

    Pengaruh Romawi

    Masa protosejarah Skotlandia diawali dengan kedatangan pasukan Kekaisaran Romawi ke Pulau Britania bagian tengah dan selatan. Romawi menduduki wilayah yang saat ini menjadi Inggris dan Wales dan menjadikannya sebagai Provinsi Britannia. Pada masa ini, Romawi juga menduduki Skotlandia bagian selatan.

     
    Kastel Edinburgh. Permukiman manusia di tempat ini diperkirakan mulai dibangun pada abad ke-9 SM, meskipun bentuk permukimannya masih tidak diketahui.

    Menurut sejarawan Romawi Tacitus, pada masa Britania Romawi, tentara Kaledonia "mengadakan perlawanan bersenjata dalam skala besar" untuk menyerang benteng-benteng Romawi dan bertempur dengan para legiun. Dalam serangan kejutan pada malam hari, tentara Kaledonia nyaris menyapu bersih seluruh legiun sampai diselamatkan oleh kavaleri Agricola.[12] Pada tahun 83 – 84 M, Jenderal Gnaeus Julius Agricola mengalahkan tentara Kaledonia dalam Pertempuran Mons Graupius. Tacitus menulis bahwa sebelum pertempuran, pemimpin Kaledonia, Calgacus, berpidato kepada para pasukannya. Ia menyebut pasukannya sebagai orang "terakhir yang bebas", dan menuduh Romawi telah "membuat dunia menjadi padang gurun dan menyebutnya sebagai perdamaian".[12] Setelah kemenangan Romawi, benteng-benteng Romawi didirikan di sepanjang Gask Ridge. Tiga tahun kemudian, tentara Romawi mundur ke Southern Uplands.[13]

    Romawi membangun Tembok Hadrian untuk mengontrol suku-suku pribumi yang berdiam di masing-masing sisi tembok,[14] dan Limes Britannicus ditetapkan sebagai perbatasan utara wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Romawi juga membangun Tembok Antonine di Central Lowlands, namun tembok ini tidak berumur lama dan hanya bertahan dari tahun 208-210 pada masa pemerintahan Kaisar Septimius Severus.[15]

    Pendudukan militer Romawi menjadi bagian penting dalam sejarah Skotlandia. Meskipun hanya berlangsung selama 40 tahun dan hanya berhasil menduduki Skotlandia bagian selatan yang dihuni oleh suku-suku Britonik seperti Votadini dan Damnonii, pengaruh Romawi masih cukup besar hingga abad ke-1 dan ke-5. Istilah Hen Ogledd ("Utara Lama") dalam bahasa Wales digunakan oleh para pakar untuk menyebut wilayah-wilayah yang saat ini membentuk Inggris Utara dan Skotlandia Selatan saat dihuni oleh bangsa Britonik pada tahun 500-800 M.[14] Menurut tulisan yang berasal dari abad ke-8 dan ke-9, Kerajaan Gaelik bernama Dál Riata didirikan pada abad ke-6 di Skotlandia bagian barat.[16][17] Teori 'tradisional' menyatakan bahwa kerajaan ini didirikan oleh para pendatang Irlandia, yang turut serta membawa bahasa dan kebudayaan Gaelik bersama mereka. Namun, baru-baru ini para arkeolog menentang teori ini, menyatakan bahwa tidak ada bukti arkeologi atau penamaan tempat yang membuktikan bahwa wilayah tersebut dikuasai oleh sekelompok kecil penduduk.[18]

    Periode Pertengahan
     
    Replika batu Pictish

    Kerajaan Pictish yang berlokasi di Fortriu pada abad ke-16 adalah kerajaan yang kelak menjadi cikal bakal "Alba" atau "Skotlandia". Menurut sejarawan Peter Heather, berkembangnya "Pictland" merupakan bentuk respon alami terhadap imperialisme Romawi.[19] Pendapat lainnya menyatakan bahwa perkembangan kerajaan ini dipicu oleh kesuksesan Pertempuran Dun Nechtain pada masa pemerintahan Bridei m. Beli (671–693), dan kemudian dlanjutkan oleh pemerintahan Óengus mac Fergusa (732–761).[20]

    Kerajaan Pict mulai terbentuk pada awal abad ke-8. Beda menulis bahwa kerajaan ini mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Aleksander I. Namun, pada abad ke-10, kerajaan Pictish mulai didominasi oleh budaya yang kemudian dikenal dengan budaya Gaelik, dan secara tradisional diyakini bahwa Irlandia telah menaklukkan nenek moyang penerus dinasti Pict, Cináed mac Ailpín (Kenneth MacAlpin).[21][22][23]

    Berawal dari basis di wilayah timur Skotlandia, tepatnya di sebelah utara Sungai Forth dan di sebelah selatan Sungai Oykel, kerajaan Pict perlahan juga mulai memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Pulau Britania bagian tengah dan selatan. Pada abad ke-12, kerajaan Pict berhasil menguasai wilayah Inggris di sebelah tenggara, serta wilayah Gaelik di Galloway dan Norse di Caithness; pada abad ke-13, kerajaan telah menguasai wilayah-wilayah yang saat ini membentuk Skotlandia. Pada masa ini juga terjadi proses perubahan budaya dan ekonomi yang dimulai pada abad ke-12.

    Perubahan ini berlangsung pada masa pemerintahan David I melalui Revolusi Davidian. Feodalisme, reorganisasi pemerintah, dan pengakuan kota secara hukum (disebut burgh) dimulai pada periode ini. Perubahan ini, serta maraknya imigrasi yang berasal dari Inggris dan Prancis, menyebabkan perubahan budaya Skotlandia. Penduduk yang berdiam di dataran rendah dan pesisir Skotlandia mulai menggunakan bahasa Inggris, sedangkan selebihnya tetap mempertahankan bahasa Gaelik, termasuk Pulau Utara dan Shetland, yang tetap diperintah oleh Norse sampai tahun 1468.[24][25][26] Skotlandia mengalami periode kejayaan dan kesuksesan antara abad ke-12 dan 14, dengan hubungan yang relatif damai dengan Inggris, berkembangnya pendidikan dan perdagangan dengan benua Eropa, dan lahirnya sejumlah filsuf-filsuf ternama seperti John Duns Scotus.

     
    Monumen Wallace untuk mengenang William Wallace, pahlawan Skotlandia pada abad ke-13.

    Kematian Alexander III pada bulan Maret 1286, yang disusul oleh cucunya Margaret, memunahkan garis keturunan monarki Skotlandia yang telah bertahan selama berabad-abad sekaligus meruntuhkan 200 tahun masa keemasan yang dimulai sejak pemerintahan David I. Edward I dari Inggris diminta untuk memutuskan pewaris takhta yang sah, dan ia menggelar sebuah proses yang dikenal dengan Great Cause untuk menentukan siapa pewaris takhta Skotlandia yang paling sah. John Balliol dinyatakan sebagai raja Skotlandia di aula Kastel Berwick pada 17 November 1292 dan dinobatkan pada 30 November di Scone. Sementara itu, Edward I, yang menobatkan dirinya sendiri sebagai Lord Paramount, terus menggerogoti pemerintahan John.[27] Pada 1294, Balliol dan bangsawan Skotlandia lainnya menolak tuntutan Edward yang meminta agar tentara Skotlandia berperang untuk Inggris dalam melawan Prancis. Parlemen Skotlandia malah mengirim utusan ke Prancis untuk melakukan negosiasi. Skotlandia dan Prancis akhirnya menandatangani perjanjian kerjasama pada 23 Oktober 1295, yang dikenal dengan Aliansi Auld (1295-1560). Perang pun pecah dan Raja John digulingkan oleh Edward I, yang dengan segera merebut kendali atas Skotlandia. Andrew Moray dan William Wallace kemudian memimpin perlawanan terhadap Inggris dalam peristiwa yang kelak dikenal dengan Perang Kemerdekaan Skotlandia (1296–1328).[28]

    Perjuangan rakyat Skotlandia berubah setelah Rober Bruce, Earl Carrick, membunuh saingannya, John Comyn, pada 10 Februari 1306 di Greyfriars Kirk, Dumfries.[29] Ia dinobatkan sebagai raja baru dengan nama penyandang kekuasaan Robert I kurang dari tujuh minggu kemudian. Robert I berjuang untuk mengembalikan kemerdekaan Skotlandia selama lebih dari 20 tahun, merebut kembali tanah Skotlandia dari penjajah Inggris sebidang demi sebidang. Kemenangannya dalam Pertempuran Bannockburn pada tahun 1314 membuktikan bahwa Skotlandia telah berhasil merebut kembali kerajaannya. Pada tahun 1315, Edward Bruce, saudara Robert I, sempat diangkat sebagai Raja Tinggi Irlandia setelah Skotlandia menginvasi Irlandia dalam upayanya untuk memperkuat posisi dalam peperangan melawan Inggris, namun invasi ini gagal. Pada tahun 1320, kemerdekaan Skotlandia disahkan melalui Deklarasi Arbroath. Deklarasi ini merupakan deklarasi kemerdekaan pertama di dunia, yang pada saat itu didukung oleh Paus Yohannes XXII dan menyebabkan Inggris secara hukum mengakui kedaulatan Skotlandia.

    Peperangan dengan Inggris terus bergejolak selama beberapa dekade setelah kematian Bruce. Perang saudara antara dinasti Bruce dan Comyn-Balliol berlangsung sampai pertengahan abad ke-14. Meskipun dinasti Bruce memenangkan pertempuran, David II tidak memiliki penerus. Oleh sebab itu, keponakan tirinya, Robert II, ditunjuk sebagai penerus takhta dan mendirikan Dinasti Stewart.[25][30] Stewart memerintah Skotlandia selama sisa Abad Pertengahan. Pada masa pemerintahannya, Skotlandia mengalami kemakmuran yang pesat pada akhir abad ke-14 dengan terjadinya Pencerahan Skotlandia dan Reformasi Skotlandia.[30][31]

    Pada periode ini, hubungan antara Prancis dengan Skotlandia mencapai puncaknya. The Scots Guard – la Garde Écossaise – dibentuk oleh Charles VII pada tahun 1418. Tentara Skotlandia dari Garde Écossaise bertempur bersama Joan of Arc melawan Inggris dalam Perang Seratus Tahun.[32] Pada bulan Maret 1421, pasukan Prancis-Skotlandia di bawah pimpinan John Stewart dan Gilbert de Lafayette mengalahkan tentara Inggris dalam Pertempuran Baugé. Tiga tahun kemudian, dalam Pertempuran Verneuil, Prancis dan Skotlandia kehilangan sekitar 7.000 prajurit.[33] Keikutsertaan Skotlandia dalam kancah peperangan turut bersumbangsih terhadap kemenangan Prancis dalam melawan Inggris.

    Era modern awal
     
    James VI mewarisi takhta Inggris dan Skotlandia (sebagai James I) pada tahun 1603.

    Pada tahun 1502, James IV dari Skotlandia menandatangani Perjanjian Perdamaian Abadi dengan Henry VII dari Inggris. Ia juga menikahi putri Henry, Margaret Tudor. Bagi Henry, pernikahan ini menjadi semacam Penyatuan Mahkota yang memberi Tudor kekuasaan baru.[34] Satu dekade kemudian, James, dengan bantuan Prancis, memutuskan untuk menginvasi Inggris. Ia adalah raja Skotlandia terakhir yang gugur dalam pertempuran, yakni dalam Pertempuran Flodden.[35] Persekutuan antara Skotlandia dengan Prancis diakhiri dengan disahkannya Traktat Edinburgh pada 1560. Prancis sepakat untuk menarik semua pasukannya dari dataran Britania. Pada tahun yang sama, John Knox bertekad untuk mengubah Skotlandia menjadi sebuah negara Protestan dan Parlemen Skotlandia mulai mencabut wewenang kepausan atas Skotlandia.[36] Mary, Ratu Skotlandia yang beragama Katolik dan mantan ratu Prancis, dipaksa untuk turun takhta pada tahun 1567.[37]

    Pada tahun 1603, James VI, Raja Skotlandia mewarisi takhta Kerajaan Inggris dan Kerajaan Irlandia. Ia memindahkan istananya dari Edinburgh ke London dan memerintah dengan nama James I dari Inggris dan Irlandia.[38] Dengan pengecualian pada masa Protektorat, Skotlandia tetap menjadi kerajaan terpisah dan merdeka dari Kerajaan Inggris, meskipun ada konflik antara kerajaan dengan Covenanters sehubungan dengan pembentukan pemerintahan gereja. Revolusi Agung yang meletus pada 1688-1689 menyebabkan tergulingnya James II dari Inggris (atau James VII dari Skotlandia) oleh Parlemen Inggris yang mendukung William dan Mary. Pada akhir 1690-an, Skotlandia dilanda oleh musibah kelaparan, yang mengurangi populasi negara hampir 20 persen.[39]

    Pada tahun 1698, Skotlandia mengupayakan sebuah proyek ambisius untuk menguasai koloni perdagangan di Tanah Genting Panama. Hampir semua rakyat Skotlandia yang memiliki uang dikabarkan telah berinvestasi dalam proyek tersebut, yang dikenal dengan Skema Darien. Kolonisasi ini gagal, dan para pemilik modal mengalami kebangkrutan. Pada akhirnya, kegagalan kolonisasi ini berperan penting dalam penyatuan Skotlandia dengan Inggris di kemudian hari.[40][41] Pada tanggal 22 Juli 1706, Traktat Penyatuan disepakati oleh Parlemen Inggris dan Parlemen Skotlandia, dan setahun kemudian, Undang-Undang Penyatuan disahkan oleh kedua parlemen untuk menciptakan Kerajaan Britania Raya, yang mulai diberlakukan pada 1 Mei 1707.[42]

    Abad ke-18
     
    Lukisan David Morier mengenai Pertempuran Culloden.

    Ditiadakannya bea perdagangan dengan Inggris membuat aktivitas perdagangan Skotlandia semakin berkembang, terutama dengan koloni Amerika. Kapal milik Glasgow Tobacco Lords menjadi kapal tercepat pada rute pelayaran menuju Virginia. Hingga Perang Kemerdekaan Amerika pada 1776, Glasgow merupakan pelabuhan tembakau utama di dunia dan mendominasi perdagangan dunia.[43] Kesenjangan kekayaan antara kelas pedagang dari Dataran Rendah Skotlandia (Lowland) dengan klan kuno dari Dataran Tinggi Skotlandia (Highland) memunculkan perbedaan selama berabad-abad.

    Stuart Jacobite yang telah digulingkan tetap populer di wilayah dataran tinggi bagian timurlaut, terutama di kalangan non-Presbyterian, termasuk Katolik Roma dan Protestan Episkopalian. Namun, dua Kebangkitan Jacobite yang berlangsung pada 1715 dan 1745 gagal menyingkirkan Wangsa Hanover dari takhta Britania. Ancaman dari Jacobite terhadap Britania Raya dan kerajaannya berakhir dalam Pertempuran Culloden, pertempuran takhta terakhir yang dihadapi Britania Raya. Kekalahan ini menyebabkan terjadinya pengusiran besar-besaran penduduk pribumi dari Highland dan Kepulauan, yang dikenal dengan peristiwa Pembersihan Dataran Tinggi.

    Pencerahan Skotlandia dan Revolusi Industri menjadikan Skotlandia sebagai salah satu kekuatan intelektual, perdagangan, dan industri[44] – seperti yang dikatakan Voltaire, "Kami meniru Skotlandia untuk seluruh ide-ide peradaban kami".[45] Dengan runtuhnya Jacobite dan munculnya Uni, ribuan rakyat Skotlandia, terutama penduduk dataran rendah, mengisi berbagai jabatan dalam bidang politik, pegawai negeri sipil,angkatan darat dan angkatan laut, perekonomian, pada perusahaan-perusahaan kolonial, dan bidang lainnya di seluruh Imperium Britania. Sejarawan Neil Davidson menyatakan "setelah 1746 terdapat tingkatan baru sehubungan dengan keikutsertaan Skotlandia dalam kehidupan politik, terutama di luar Skotlandia." Davidson juga menyatakan "jauh dari 'periferal' perekonomian Britania, Skotlandia – atau Dataran Rendah lebih tepatnya – bersemayam pada inti Britania."[46]

    Abad ke-19
     
    Shipping on the Clyde karya John Atkinson Grimshaw, 1881

    Undang-Undang Reformasi Skotlandia 1832 meningkatkan jumlah Anggota Parlemen Skotlandia dan memperluas hak untuk menyertakan lebih banyak kalangan kelas menengah dalam pemerintahan.[47] Dari pertengahan abad ke-19 terjadi peningkatan jumlah Home Rule (peraturan daerah) yang disahkan untuk Skotlandia, dan jabatan Sekretaris Negara untuk Skotlandia dibentuk kembali.[48] Menjelang akhir abad ke-19, terdapat beberapa Perdana Menteri yang berdarah Skotlandia, yakni William E. Gladstone,[49] dan Earl Rosebery.[50] Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan kelas buruh semakin meningkat, yang ditandai oleh kemenangan Keir Hardie dalam pemilihan umum Mid Lanarkshire 1888. Kemenangannya ini menyebabkan didirikannya Partai Buruh Skotlandia, yang bergabung dengan Partai Buruh Independen pada 1895, dengan Hardie sebagai pemimpin pertamanya.[51]

    Glasgow menjadi salah satu kota terbesar di dunia, dan dijuluki dengan "Kota Kedua Imperium" setelah London.[52] Galangan kapal uap Clydeside dibangun pada 1860, yang khusus memproduksi kapal uap besi (setelah 1870 terbuat dari baja), yang dengan cepat menggantikan penggunaan kapal layar kayu para pedagang dan angkatan laut di dunia. Galangan ini menjadi pusat pembuatan kapal terkemuka di dunia.[53] Perkembangan industri, yang menelurkan kekayaan dan lapangan pekerjaan, tidak diiringi oleh pembangunan perumahan, perencaan perkotaan, dan penyediaan perawatan kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Kondisi hidup di kota-kota besar buruk, dengan kepadatan penduduk dan angka kematian bayi yang tinggi serta meningkatnya angka tuberkulosis.[54]

     
    Walter Scott melalui karyanya Waverley Novels membantu mendefinisikan jati diri Skotlandia pada abad ke-19.

    Meskipun Pencerahan Skotlandia dianggap telah berakhir menjelang abad ke-18,[55] sumbangsih Skotlandia terhadap sastra dan sains Britania tetap berlanjut selama 50 tahun ke depan berkat tokoh-tokoh seperti fisikawan James Clerk Maxwell dan Lord Kelvin, dan para penemu dan pakar industri seperti James Watt dan William Murdoch, yang karya-karyanya berperan penting dalam perkembangan Revolusi Industri di seluruh Britania Raya.[56] Dalam kesusastraan, tokoh yang paling sukses pada pertengahan abad ke-19 adalah Walter Scott. Karya prosa perdananya, Waverley pada 1814, kerap disebut sebagai novel sejarah pertama.[57] Ia berkarier dengan sangat sukses dan membantu mendefinisikan dan memopulerkan identitas budaya Skotlandia pada abad ke-19.[58] Pada akhir abad ke-19, sejumlah penulis kelahiran Skotlandia berhasil meraih ketenaran internasional, termasuk Robert Louis Stevenson, Arthur Conan Doyle, J. M. Barrie, dan George MacDonald.[59] Skotlandia juga memainkan peran penting dalam pengembangan seni dan arsitektur. Glasgow School, yang dikembangkan pada akhir abad ke-19 dan berjaya pada awal abad ke-20, telah melahirkan seni perpaduan yang khas, termasuk Kebangkitan Keltik Arts and Crafts Movement, dan Japonisme, yang diagung-agungkan dalam dunia seni modern Eropa dan juga membantu mendefinisikan gaya Seni Nouveau. Sedangkan arsitek dan seniman kenamaan Skotlandia yang berasal dari periode ini di antaranya Charles Rennie Mackintosh.[60]

    Pada periode ini terjadi proses rehabilitasi kebudayaan Highland. Pada 1820-an, seiring dengan kebangkitan Romantisisme, tartan dan kilt dikenakan oleh kalangan elit sosial, tidak hanya di Skotlandia tetapi juga di seluruh Eropa,[61][62] yang didorong oleh popularitas puisi Ossian karya Macpherson,[63][64] dan diikuti oleh novel Waverley karya Walter Scott.[65] Meskipun demikian, rakyat Highland masih melarat dan sangat terbelakang.[66] Tekad pemerintah Britania untuk memperluas lahan pertanian menyebabkan pengusiran penduduk yang berdiam di Highland. Banyak penduduk Highland yang diusir atau terpaksa pindah karena tanah mereka diambil untuk dimanfaatkan sebagai peternakan domba. Pengusiran warga Highland dipicu oleh berubahnya pola pertanian di seluruh daratan Britania, serta kurangnya perlindungan hukum bagi mereka.[67] Sebagai akibatnya, terjadi eksodus berkepanjangan penduduk Highland ke kota-kota besar, terutama ke Inggris, bahkan lebih jauh hingga ke Kanada, Amerika Serikat, atau Australia.[68] Penduduk Skotlandia meningkat pesat pada abad ke-19, dari 1.608.000 pada 1801 menjadi 2.889.000 pada 1851, dan membengkak menjadi 4.472.000 pada 1901.[69] Di sisi lain, pertumbuhan industri tidak cukup menghasilkan lapangan pekerjaan yang layak. Sebagai hasilnya, selama periode 1841-1931, sekitar 2 juta warga Skotlandia bermigrasi ke Amerika Utara dan Australia, dan 750.000 lainnya pindah ke Inggris.[70]

     
    Disruption Assembly karya David Octavius Hill.

    Setelah bertahun-tahun memperjuangkan Kirk (gereja Skotlandia), pada 1834 kaum Evangelis berhasil meraih kendali gereja dari Majelis Umum dan mengesahkan Undang-Undang Veto, yang mengizinkan kongregasi untuk menolak maklumat "gangguan" yang tidak dikehendaki oleh patron. "Konflik Sepuluh Tahun" yang berlangsung sesudahnya sehubungan dengan perselisihan politik dan hukum berakhir dengan kekalahan kaum nonintrusionis di pengadilan sipil. Akibatnya, nonintrusionis yang dipimpin oleh Dr. Thomas Chalmers memisahkan diri dari gereja; peristiwa ini dikenal dengan Kekacauan Besar 1843. Sepertiga agamawan, kebanyakan berasal dari Utara dan Highland, mendirikan Gereja Bebas Skotlandia.[71] Pada akhir abad ke-19, perselisihan antara pengikut Calvinis fundamentalis dengan liberal teologis menyebabkan terjadinya perpecahan dalam tubuh Gereja Bebas setelah Calvinis hengkang dan mendirikan Gereja Presbyterian Bebas pada tahun 1893.[72] Emansipasi Katolik pada 1829 dan masuknya sejumlah besar imigran Irlandia setelah dilanda musibah kelaparan pada akhir 1840-an, terutama ke pusat Lowland seperti Glasgow, mengakibatkan berubahnya nasib penganut Katolik. Pada 1878, meski ditentang, hierarki Gereja Katolik Roma dikembalikan kepada negara, dan Katolik perlahan menjadi denominasi yang signifikan di Skotlandia.[72]

    Industrialisasi, urbanisasi, dan Kekacauan 1843 menyebabkan terhambatnya perkembangan sekolah paroki. Sejak 1830, negara mulai mendanai pembangunan sekolah-sekolah; lalu pada 1846 pegelolaan sekolah didanai langsung oleh sponsor; dan pada 1872 Skotlandia meniru sistem pendidikan Inggris yang mendanai sebagian besar sekolah yang dikelola oleh dewan sekolah.[73] Universitas Glasgow yang bersejarah menjadi salah satu pelopor sistem pendidikan tinggi di Britania dengan menyediakan kebutuhan pendidikan bagi para pemuda yang berasal dari kalangan perkotaan dan komersial, tidak hanya bagi kelas atas.[74] Universitas St Andrews menjadi universitas Skotlandia pertama yang menerima murid putri. Universitas-universitas di Skotlandia yang menerima dan mengakui lulusan wanita terus meningkat hingga awal abad ke-20.[75]

    Awal abad ke-20
     
    Royal Scots memamerkan bendera Kekaisaran Jepang yang disita, Birma, Januari 1945.

    Skotlandia memainkan peran penting bagi perjuangan Britania dalam Perang Dunia I, khususnya dalam menyediakan tentara, kapal, mesin, makanan, dan uang.[76] Dengan jumlah penduduk 4,8 juta pada 1911, Skotlandia mengirim setengah juta lebih prajurit ke medan perang, seperempat di antaranya gugur dalam pertempuran atau dikarenakan penyakit, dan 150.000 selebihnya terluka parah.[77] Field Marshal Sir Douglas Haig bertindak sebagai komandan Britania di Front Barat.

    Perang menyebabkan munculnya gerakan radikal bernama "Red Clydeside" yang dipimpin oleh militan serikat buruh. Kawasan industri dan markas yang dikuasai oleh Partai Liberal beralih menjadi milik Buruh pada tahun 1922, yang berpusat di distrik kelas pekerja Katolik Irlandia. Kaum wanita juga terlibat aktif membangun solidaritas dalam masalah perumahan. Namun, kelompok "Reds" yang mekar di dalam tubuh Partai Buruh dan sedikitnya pengaruh di Parlemen menyebabkan merosotnya pengaruh Buruh pada akhir 1920.[78]

    Pengembangan kembali industri perkapalan tidak sesuai dengan harapan. Sebaliknya, depresi parah menghantam perekonomian Skotlandia pada tahun 1922 dan tidak sepenuhnya pulih hingga 1939. Periode antarperang ditandai oleh stagnasi perekonomian di kawasan perdesaan dan perkotaan, serta angka pengangguran yang tinggi.[79] Perang memang menimbulkan dampak yang mendalam dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Namun, para tokoh Skotlandia mulai merenungkan kemerosotan mereka, terutama mengenai masalah kesehatan yang buruk, perumahan yang tidak layak, dan pengangguran massal jangka panjang. Pekerjaan di luar negeri untuk melayani Imperium Britania tidak lagi menarik bagi kalangan muda yang ambisius, yang malah pergi meninggalkan Skotlandia secara permanen. Ketergantungannya yang sangat besar pada industri berat dan pertambangan merupakan masalah utama stagnasi perekonomian Skotlandia, dan tak ada pihak yang menawarkan solusi terbaik. Situasi ini, menurut Finlay (1991) mencerminkan "meluasnya rasa keputusasaan yang menyebabkan para pebisnis dan pemimpin politik menerima ortodoksi baru perencanaan ekonomi pemerintah yang terpusat pada masa Perang Dunia II."[80]

    Pada masa Perang Dunia II, Skotlandia kembali mengalami sedikit kemakmuran, meskipun kota-kota Skotlandia luluh lantak akibat pengeboman yang dilancarkan oleh Luftwaffe. Pada masa ini, kebangkitan Skotlandia ditandai dengan penemuan radar oleh Robert Watson-Watt, yang sangat bermanfaat dalam Pertempuran Britania, begitu juga dengan peran RAF Fighter Command Air Chief Marshal Sir Hugh Dowding.[81]

    Sejak 1945

    Setelah tahun 1945, perekonomian Skotlandia semakin terpuruk karena ketatnya persaingan di luar negeri, industri yang tidak efisien, dan kesenjangan industri.[82] Hanya dalam beberapa dekade terakhir negara ini baru bisa menikmati kebangkitan budaya dan ekonomi. Faktor ekonomi yang bersumbangsih terhadap kebangkitan ini antara lain adalah industri jasa keuangan yang semakin meningkat, manufaktur elektronik (lihat Silicon Glen),[83] serta industri gas dan minyak Laut Utara.[84] Diperkenalkannya Pajak Komunitas (atau Pajak Pungutan) oleh pemerintahan Margaret Thatcher pada 1989 setahun lebih awal dari negara lainnya di Britania Raya menyebabkan berkembangnya gerakan-gerakan yang mendukung agar Skotlandia secara langsung berhak mengontrol urusan dalam negerinya sendiri.[85] Setelah referendum rencana devolusi pada 1997, Undang-Undang Skotlandia 1998[86] disahkan oleh Parlemen Britania Raya, yang kemudian membentuk Pemerintahan dan Parlemen Skotlandia terdevolusi yang berwenang atas sebagian besar undang-undang yang secara spesifik diperuntukkan bagi Skotlandia.[87]

    ^ The earliest known evidence is a flint arrowhead from Islay. See Moffat, Alistair (2005) Before Scotland: The Story of Scotland Before History. London. Thames & Hudson. Page 42. ^ Sites at Cramond dated to 8500 BC and near Kinloch, Rùm from 7700 BC provide the earliest known evidence of human occupation in Scotland. See "The Megalithic Portal and Megalith Map: Rubbish dump reveals time-capsule of Scotland's earliest settlements" megalithic.co.uk. Retrieved 10 February 2008 and Edwards, Kevin J. and Whittington, Graeme "Vegetation Change" in Edwards, Kevin J. & Ralston, Ian B.M. (Eds) (2003) Scotland After the Ice Age: Environment, Archaeology and History, 8000 BC–AD 1000. Edinburgh. Edinburgh University Press. Page 70. ^ Pryor, Francis (2003). Britain BC. London: HarperPerennial. hlm. 98–104 & 246–250. ISBN 978-0-00-712693-4.  ^ Keys, David (14 August 2009). "Ancient royal tomb found in Scotland". The Independent. London. Diakses tanggal 16 August 2009.  ^ Brophy, Kenneth; Noble, Gordon; Driscoll, Stephen (2010). "The Forteviot dagger burial". History Scotland. 10 (1): 12–13. ISSN 1475-5270.  ^ Koch, John. "O'Donnell Lecture 2008 Appendix" (PDF). University of Wales. Diakses tanggal 27 May 2010.  ^ Koch, John (2009). Tartessian: Celtic from the Southwest at the Dawn of History in Acta Palaeohispanica X Palaeohispanica 9 (2009) (PDF). Palaeohispanica. hlm. 339–351. ISSN 1578-5386. Diakses tanggal 17 May 2010.  ^ Koch, John. "New research suggests Welsh Celtic roots lie in Spain and Portugal". The Megalithic Portal. Diakses tanggal 10 May 2010.  ^ Cunliffe, Barry (2008). A Race Apart: Insularity and Connectivity in Proceedings of the Prehistoric Society 75, 2009, pp. 55–64. The Prehistoric Society. hlm. 61.  ^ a b c d e Bryson 2010 ^ a b "Skara Brae: The Discovery of the Village". Orkneyjar. Retrieved 29 September 2012. ^ a b "The Romans in Scotland". BBC.  ^ Hanson, William S. The Roman Presence: Brief Interludes, in Edwards, Kevin J. & Ralston, Ian B.M. (Eds) (2003) Scotland After the Ice Age: Environment, Archeology and History, 8000 BC — AD 1000. Edinburgh. Edinburgh University Press ^ a b Snyder, Christopher A. (2003). The Britons. Blackwell Publishing. ISBN 0-631-22260-X.  ^ Robertson, Anne S. (1960) The Antonine Wall. Glasgow Archaeological Society. ^ "Dalriada: The Land of the First Scots". BBC – Legacies. Retrieved 4 January 2014. ^ "Scot (ancient people)". Encyclopædia Britannica. ^ Campbell, Ewan. "Were the Scots Irish?" in Antiquity No. 75 (2001). ^ Peter Heather, "State Formation in Europe in the First Millennium A.D.", in Barbara Crawford (ed.), Scot in Dark Ages Europe, (Aberdeen, 1994), pp. 47–63 ^ For instance, Alex Woolf, "The Verturian Hegemony: a mirror in the North", in M. P. Brown & C. A. Farr, (eds.), Mercia: an Anglo-Saxon Kingdom in Europe, (Leicester, 2001), pp. 106–11. ^ Brown, Dauvit (2001). "Kenneth mac Alpin". Dalam M. Lynch. The Oxford Companion to Scottish History. Oxford: Oxford University Press. hlm. 359. ISBN 978-0-19-211696-3.  ^ Brown, Dauvit (1997). "Dunkeld and the origin of Scottish identity". Innes Review. Glasgow: Scottish Catholic Historical Association (48): 112–124.  reprinted in Dauvit Broun and Thomas Owen Clancy (eds.), (1999)Spes Scotorum: Hope of Scots, Edinburgh: T.& T.Clark, pp. 95–111. ISBN 978-0-567-08682-2 ^ Foster, Sally (1996). Picts, Gaels and Scots (Historic Scotland). London: Batsford. ISBN 978-0-7134-7485-5.  ^ Withers, Charles, W.J. (1984). Gaelic in Scotland, 1698–1981. Edinburgh: John Donald. hlm. 16–41;. ISBN 978-0-85976-097-3.  ^ a b Barrow, Geoffrey, W. S. (2005) [1965]. Robert Bruce & the Community of the Realm of Scotland (edisi ke-4th). Edinburgh University Press. ISBN 0-7486-2022-2.  ^ Thomas Owen Clancy. "Gaelic Scotland: a brief history". Bòrd na Gàidhlig. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 September 2007. Diakses tanggal 21 September 2007.  ^ "Scotland Conquered, 1174–1296". National Archives.  ^ "Scotland Regained, 1297–1328". National Archives of the United Kingdom.  ^ Murison, A. F. (1899). King Robert the Bruce (edisi ke-reprint 2005). Kessinger Publishing. hlm. 30. ISBN 9781417914944.  ^ a b Grant, Alexander (6 June 1991) [1984]. Independence and Nationhood: Scotland, 1306–1469 (edisi ke-New). Edinburgh University Press. hlm. 3–57. ISBN 978-0-7486-0273-5.  ^ Wormald, Jenny (6 June 1991) [1981]. Court, Kirk and Community: Scotland (edisi ke-New). Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-0276-6.  ^ "Medieval life Garde Ecossaise". Learning Scotland. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-02.  ^ The Illustrated Encyclopedia of Warfare. DK Publishing. 2012. hlm. 391.  ^ "James IV, King of Scots 1488–1513". BBC.  ^ "Battle of Flodden, (Sept. 9, 1513),". Encyclopædia Britannica.  ^ "The Scottish Reformation,". BBC Scotland.  ^ "Religion, Marriage and Power in Scotland, 1503–1603". The National Archives of the United Kingdom.  ^ Ross, David (2002). Chronology of Scottish History. Geddes & Grosset. hlm. 56. ISBN 1-85534-380-0. 1603: James VI becomes James I of England in the Union of the Crowns, and leaves Edinburgh for London  ^ "Famine in Scotland: The 'Ill Years' of the 1690s". Karen Cullen,Karen J. Cullen (2010). Edinburgh University Press. p.2. ISBN 0-7486-3887-3 ^ "Why did the Scottish parliament accept the Treaty of Union?" (PDF). Scottish Affairs. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-10-03. Diakses tanggal 1 May 2013.  ^ "Popular Opposition to the Ratification of the Treaty of Anglo-Scottish Union in 1706-7". University of St Andrews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-17. Diakses tanggal 2014-01-11.  ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Mackie ^ "The Tobacco Lords: A study of the Tobacco Merchants of Glasgow and their Activities". Virginia Historical Society. JSTOR 4248011.  ^ "Some Dates in Scottish History from 1745 to 1914 Diarsipkan 2013-10-31 di Wayback Machine.", The University of Iowa. ^ "Enlightenment Scotland". Learning and Teaching Scotland.  ^ Neil Davidson(2000). The Origins of Scottish Nationhood. London: Pluto Press. hlm. 94–95.  ^ T. M. Devine and R. J. Finlay, Scotland in the Twentieth Century (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1996), pp. 64–5. ^ F. Requejo and K-J Nagel, Federalism Beyond Federations: Asymmetry and Processes of Re-symmetrization in Europe (Aldershot: Ashgate, 2011), p. 39. ^ R. Quinault, "Scots on Top? Tartan Power at Westminster 1707–2007", History Today, 2007 57(7): 30–36. Issn: 0018-2753 Fulltext: Ebsco. ^ K. Kumar, The Making of English National Identity (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), p. 183. ^ D. Howell, British Workers and the Independent Labour Party, 1888–1906 (Manchester: Manchester University Press, 1984), p. 144. ^ J. F. MacKenzie, "The second city of the Empire: Glasgow – imperial municipality", in F. Driver and D. Gilbert, eds, Imperial Cities: Landscape, Display and Identity (2003), pp. 215–23. ^ J. Shields, Clyde Built: a History of Ship-Building on the River Clyde (1949). ^ C. H. Lee, Scotland and the United Kingdom: the Economy and the Union in the Twentieth Century (1995), p. 43. ^ M. Magnusson (10 November 2003), "Review of James Buchan, Capital of the Mind: how Edinburgh Changed the World", New Statesman, diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-29, diakses tanggal 2014-01-13  ^ E. Wills, Scottish Firsts: a Celebration of Innovation and Achievement (Edinbugh: Mainstream, 2002). ^ K. S. Whetter (2008), Understanding Genre and Medieval Romance, Ashgate, hlm. 28  ^ N. Davidson (2000), The Origins of Scottish Nationhood, Pluto Press, hlm. 136  ^ "Cultural Profile: 19th and early 20th century developments", Visiting Arts: Scotland: Cultural Profile, diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-05, diakses tanggal 2014-01-13  ^ Stephan Tschudi-Madsen, The Art Nouveau Style: a Comprehensive Guide (Courier Dover, 2002), pp. 283–4. ^ J. L. Roberts, The Jacobite Wars, pp. 193–5. ^ M. Sievers, The Highland Myth as an Invented Tradition of 18th and 19th century and Its Significance for the Image of Scotland (GRIN Verlag, 2007), pp. 22–5. ^ P. Morère, Scotland and France in the Enlightenment (Bucknell University Press, 2004), pp. 75–6. ^ William Ferguson, The identity of the Scottish Nation: an Historic Quest (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1998), p. 227. ^ Divine, Scottish Nation pp. 292–95. ^ M. Gray, The Highland Economy, 1750–1850 (Greenwood, 1976). ^ E. Richards, The Highland Clearances: People, Landlords and Rural Turmoil (2008). ^ J. Wormald, Scotland: a History (2005), p. 229. ^ A. K. Cairncross, The Scottish Economy: A Statistical Account of Scottish Life by Members of the Staff of Glasgow University (Glasgow: Glasgow University Press, 1953), p. 10. ^ R. A. Houston and W. W. Knox, eds, The New Penguin History of Scotland (Penguin, 2001), p. xxxii. ^ G. Robb, "Popular Religion and the Christianization of the Scottish Highlands in the Eighteenth and Nineteenth Centuries", Journal of Religious History, 1990, 16(1): 18–34. ^ a b J. T. Koch, Celtic Culture: a Historical Encyclopedia, Volumes 1–5 (ABC-CLIO, 2006), pp. 416–7. ^ T. M. Devine, The Scottish Nation, pp. 91–100. ^ Paul L. Robertson, "The Development of an Urban University: Glasgow, 1860–1914", History of Education Quarterly, Winter 1990, vol. 30 (1), pp. 47–78. ^ M. F. Rayner-Canham and G. Rayner-Canham, Chemistry was Their Life: Pioneering British Women Chemists, 1880–1949, (Imperial College Press, 2008), p. 264. ^ Richard J. Finlay, Modern Scotland 1914–2000 (2006), pp 1–33 ^ R. A. Houston and W.W. J. Knox, eds. The New Penguin History of Scotland (2001) p 426.[1] Niall Ferguson points out in "The Pity of War" that the proportion of enlisted Scots who died was third highest in the war behind Serbia and Turkey and a much higher proportion than in other parts of the UK.[2][3] ^ Iain McLean, The Legend of Red Clydeside (1983) ^ Finlay, Modern Scotland 1914–2000 (2006), pp 34–72 ^ Richard J. Finlay, "National identity in Crisis: Politicians, Intellectuals and the 'End of Scotland', 1920–1939," History, June 1994, Vol. 79 Issue 256, pp 242–59 ^ Finlay, Modern Scotland 1914–2000 (2006), pp 162–197 ^ Harvie, Christopher No Gods and Precious Few Heroes (Edward Arnold, 1989) pp 54–63. ^ See Stewart, Heather, "Celtic Tiger Burns Brighter at Holyrood, The Guardian, 6 May 2007 for an account of Scotland's economic challenges, especially after the dotcom downturn, as it competes with the emerging Eastern European economies. ^ "National Planning Framework for Scotland" Diarsipkan 2012-01-20 di Wayback Machine. Scottish Government publication, (web-page last updated 6 April 2006), which states "Since the 1970s, the development of North Sea oil and gas fields has made an important contribution to the Scottish economy, and underpinned prosperity in the North-East.". Retrieved 7 November 2007. ^ "The poll tax in Scotland 20 years on" BBC, ^ "The Scotland Act 1998" Office of Public Sector Information. Retrieved 22 April 2008. ^ "Devolution > Scottish responsibilities" Diarsipkan 2013-12-30 di Wayback Machine. Scottish Government publication, (web-page last updated November 2010)
    Read less

Where can you sleep near Skotlandia ?

Booking.com
486.718 visits in total, 9.181 Points of interest, 404 Destinations, 28 visits today.